PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEGAL BERBASIS ICT DENGAN MEDIA KARTU KTP ELEKTRONIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI SPEAKING PADA SISWA KELAS IX.8 SMP NEGERI 1 SLAWI, SEMESTER GASAL, TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Abstrak
Pembelajan speaking materi teks prosedur di
kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi menunjukkan bahwa karakter percaya diri masih
pada kategori belum terlihat. Hal ini berdampak pada rendahnya kompetensi
speaking materi teks prosedur. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran aktif
yang
inovatif untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) membuktikan bahwa karakter percaya diri bisa ditingkatkan melalui model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik, (2) membuktikan bahwa kompetensi speaking materi teks prosedur bisa ditingkatkan melalui model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Slawi. Desain penelitian dilakukan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan analisa disimpulkan bahwa: (1) berdasarkan hasil observasi, karakter percaya diri meningkat dari 49% (kategori mulai terlihat) pada pra siklus menjadi 81 % (kategori membudaya) pada siklus II, (2) berdasarkan tes unjuk kerja berbicara, kompetensi speaking materi teks prosedur siswa mengalami peningkatan dari 24 % (pra siklus) menjadi 88 % pada siklus II. Saran yang dapat disampaikan melalui penelitian tindakan kelas ini adalah guru bahasa Inggris lain bisa menerapkan model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik karena dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi speaking materi teks prosedur.
inovatif untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) membuktikan bahwa karakter percaya diri bisa ditingkatkan melalui model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik, (2) membuktikan bahwa kompetensi speaking materi teks prosedur bisa ditingkatkan melalui model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Slawi. Desain penelitian dilakukan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan analisa disimpulkan bahwa: (1) berdasarkan hasil observasi, karakter percaya diri meningkat dari 49% (kategori mulai terlihat) pada pra siklus menjadi 81 % (kategori membudaya) pada siklus II, (2) berdasarkan tes unjuk kerja berbicara, kompetensi speaking materi teks prosedur siswa mengalami peningkatan dari 24 % (pra siklus) menjadi 88 % pada siklus II. Saran yang dapat disampaikan melalui penelitian tindakan kelas ini adalah guru bahasa Inggris lain bisa menerapkan model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik karena dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi speaking materi teks prosedur.
PENDAHULUAN
Menurut Permendiknas No. 78 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengah, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional seperti SMP Negeri 1
Slawi dituntut untuk bisa menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Dalam hal ini, guru dituntut untuk
bisa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi demi keberhasilan
proses pembelajaran di kelas dan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai standar
isi. Selain itu, guru diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai karakter bangsa seperti
karakter percaya diri pada diri siswa melalui proses pembelajaran di kelas.
Idealnya, siswa kelas IX SMP sudah mempunyai kompetensi untuk
melakukan monolog dalam menjelaskan prosedur membuat sesuatu yang berhubungan
dengan makanan dan minuman, teknologi, maupun alat-alat elektronik dengan bahasa
lisan yang berterima, lancar akurat dan percaya diri. Namun demikian, pada
kenyatannya banyak siswa yang masih belum memiliki rasa percaya diri dalam
kegiatan pembelajaran speaking. Berdasarkan pengamatan peneliti, persentase karakter
percaya diri siswa kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi baru mencapai 49% (kategori
mulai terlihat). Padahal menurut panduan pendidikan karakter, diharapkan guru
dapat menanamkan nilai-nilai karakter bangsa seperti percaya diri sampai pada kategori membudaya.
Rendahnya karakter percaya diri siswa kelas IX.8 SMP
Negeri 1 Slawi tersebut berdampak pada terjadinya
kecenderungan kompetensi speaking yang juga rendah. Analisis nilai hasil tes
kompetensi speaking materi teks prosedur kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi tersebut
dengan KKM bahasa Inggris pada K.D. 4. adalah 80 diperoleh data bahwa sebanyak
19 siswa atau 56% masih belum tuntas dan hanya 6 siswa atau 24% sudah tuntas.
Beberapa penyebab terjadinya masalah
di atas oleh peneliti bersama dengan teman sejawat dapat diidentifikasi sebagai
berikut. (1) Anggapan siswa bahwa kompetensi speaking merupakan kompetensi yang paling sulit, tetapi kurang penting karena tidak masuk SKL UN berdampak pada rendahnya
inisiatif untuk berlatih berbicara selama pembelajaran speaking. (2) Pemilihan
metode pembelajaran picture and picture masih belum maksimal meningkatkan karakter percaya diri, sehingga diperlukan
upaya untuk memberikan stimulus misalnya melalui kegiatan
permainan, atau kompetisi tertentu. (3) Masih
banyak siswa yang tidak berinisiatif
menirukan model berbicara
dari guru karena kurangnya rasa percaya diri.
Mencermati permasalahan di atas,
diperlukan upaya lain untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang lebih
kreatif, kompetitif dan menarik bagi semua siswa untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah berlatih dan
membiasakan diri untuk berbicara melalui aktivitas permainan atau kompetisi
tertentu. Upaya menerapkan
model pembelajaran TEGAL berbasis ICT (akronim dari Teacher’s Game
for Active Learning) layak untuk digunakan.
Kegiatan permainan dalam TEGAL berbasis ICT merupakan adaptasi dari 5 model pembelajaran aktif inovatif yang direkomendasikan
Kemendikbud. Disebut Teacher’s game karena
game/permainan dirancang oleh guru untuk
memotivasi siswa berbicara bahasa Inggris tanpa adanya rasa malu karena para siswa berlatih berbicara saat
melakukan game yaitu babak I, You Are
The Champion, permainan
yang diadaptasi dari model
pembelajaran scrabble, dan complete sentence yang dikemas secara atraktif seperti acara
ranking 1 pada Trans TV, babak II, Watching Video, yaitu kegiatan permainan siswa yang diadaptasi
dari model pembelajaran Group Resume, babak III, pesan berantai (Message
Marathon) dan babak IV adalah The Class Idol, game yang diadaptasi dari model pembelajaran Peer Lessons dimana
seluruh siswa diberi kesempatan untuk menjadi the class idol dengan cara
menunjukkan kemampuannya dalam presentasi
di depan kelas.
Pada
penelitian ini model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik diterapkan
dalam pembelajaran speaking melalui pemanfaatan kemajuan informasi, komunikasai
dan teknologi untuk tiga kali pertemuan dengan acuan teori empat tahap pembelajaran
speaking. Pertemuan pertama untuk tahap BKOF dan Modeling dengan mengikuti game babak I dan II, sedangkan pertemuan kedua untuk tahap Joint Construction of the
Text dengan cara mengikuti game babak III dan IV dan pertemuan ketiga untuk tes unjuk kerja
berbicara. Adapun
pertemuan ketiga adalah untuk tahap Independent
Construction of the Text dengan mengikuti tes unjuk kerja berbicara secara
individu.
Kelebihan penggunaan model pembelajaran TEGAL
berbasis ICT antara lain: 1) kegiatan pembelajaran yang dimodifikasi dalam bentuk permainan dan
kompetisi antara individu maupun kelompok efektif untuk menumbuhkan dan
meningkatkan karakter percaya diri siswa; 2) efektif untuk mendorong siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran secara
aktif; 3) secara tidak sadar siswa dibawa kepada dunia nyata permainan yang
melibatkan mereka dalam latihan berbicara bahasa Inggris.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut. (1) Apakah model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik
dapat meningkatkan karakter percaya diri siswa kelas IX.8 SMP N 1 Slawi
semester gasal tahun pelajaran 2012-2013? (2) Apakah model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik dapat
kompetensi speaking materi teks prosedur siswa kelas IX.8 SMP N 1 Slawi
semester gasal tahun pelajaran 2012-2013?
LANDASAN TEORETIS
Model Pembelajaran TEGAL
Berbasis ICT
TEGAL berbasis ICT
merupakan permainan yang sengaja dimodifikasi oleh guru untuk kegiatan
pembelajaran speaking siswa yang terdiri atas empat babak secara berkelanjutan
yaitu babak I, You Are The Champion,
dimana kegiatan game diadaptasi dari model pembelajaran scrabble dan
complete sentence yang dikemas secara atraktif seperti acara ranking 1 pada
salah satu stasiun Televisi swasta, babak
II, Watching Video, babak III, pesan berantai (Message Marathon)
dan babak IV adalah The Class Idol, dimana aktivitas dalam game diadaptasi
dari model pembelajaran Peer Lessons yang
dimodifikasi seperti acara Indonesian Idol di salah satu stasiun
televisi swasta.
Hakikat model pembelajaran TEGAL berbasis ICT
ini merupakan penggabungan lima model pembelajaran aktif yang direkomendasikan kemendikbud, yaitu model pembelajaran Scrabble,
Complete Sentence, Group Resume, Pesan Berantai dan Peer Lessons dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi (Depdiknas,
2005a).
Kelebihan penggunaan model pembelajaran TEGAL
berbasis ICT antara lain: (1)
efektif untuk mendapatkan
partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual, (2) efektif untuk
mendorong siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran secara aktif, (3) siswa
secara tidak sadar dibawa kepada dunia nyata permainan yang melibatkan mereka
dalam latihan berbicara bahasa Inggris, (4) efektif untuk menanamkan
nilai-nilai karakter bangsa, khususnya karakter percaya diri.
Pembelajaran Berbasis ICT
ICT (Information, Communication and Technology) adalah teknologi yang terdiri atas perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang diaplikasikan dan
berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan yang sifatnya umum atau standard dan
bisa digunakan untuk keperluan pendidikan, industri, rumah sakit. Teknologi ini
dapat membantu pekerjaan lebih efisien, baik dalam pengolahan data, maupun
tampilan visual atau gambar. Menurut Winastwan (2009:22) guru
dapat memanfaatkan ICT pada
proses pembelajaran baik sebagai media dalam menjelaskan materi pelajaran,
penugasan, maupun penilaian.
Salah satu
pemanfaatan ICT dalam
pembelajaran berbasis ICT menurut Arsyad (2002) adalah dengan memanfaatkan program Microsoft
Power Point untuk proses pembelajaran yang digunakan sebagai media Audio
Visual. Di antara keuntungan pembelajaran berbasis ICT dengan mamanfaatkan program
Microsoft Power Point untuk media audio visual seperti yang diutarakan
Silberman (2008:25) adalah ingatan siswa akan meningkat dari 14% hingga 38%, waktu
yang digunakan dalam pembelajaran juga lebih efektif. Guru yang menggunakan media audio visual
dalam pembelajaran biasanya membutuhkan alat pendukung LCD proyektor karena LCD
proyektor merupakan kelompok media visual yang dapat menjadi audio visual jika
didukung dengan adanya pengeras suara atau sound system. Dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti menggunakan menggunakan program computer MS Power
Point dalam penyajian media audio-visual sehingga hasil yang didapat nyata dan
langsung serta terintegrasi dengan suara yang muncul dengan kata lain sering
disebut dengan multimedia. Dalam
penelitian ini peneliti memanfaatkan ICT
dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan
memanfaatkan Microsoft power point untuk media audio visual. Selain itu, untuk mempermudah guru dalam mengumpulkan
tugas siswa berupa slide show power point untuk kegiatan presentasi juga
dimanfaatkan jejaring internet melalui akun e-mail.
Media Kartu KTP Elektronik
Media kartu KTP elektronik yang
merupakan akronim dari kartu Kalimat Teks
Prosedur tentang alat-alat elektronik seperti prosedur menggunakan printer
untuk mencetak file, prosedur menggunakan magic com dan lain-lain
merupakan salah satu contoh media yang
bisa dibaca, dilihat dan didengar. Bisa didengar karena media tersebut
digunakan dalam permainan anak-anak yang dibaca siswa dengan suara lirih maupun
keras pada saat permainan. Media ini sangat sederhana, praktis dan ekonomis
karena terbuat dari kertas dengan beberapa warna untuk membedakan tema yang
dirancang oleh peneliti untuk memancing siswa menjadi lebih aktif dalam
kegiatan game babak II dan III. Media kartu KTP Elektronik
ini dipilih oleh peneliti karena dianggap sebagai media yang praktis, ekonomis,
dan tepat untuk pembelajaran speaking, khususunya untuk melatih karekater
percaya diri siswa dan meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran speaking
berlangsung. Pemilihan media yang tepat seperti media kartu KTP elektronik
dapat membantu siswa mendapatkan pengalaman belajar. Di samping itu, media yang
tepat juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya. Mengajar
dengan menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian siswa dan
lebih merangsang siswa untuk berpikir. Guru diharapkan dapat membuat alat-alat
media yang sederhana, praktis dan ekonomis bersama siswa tetapi efektif untuk
pengajaran (Slameto,2003:37).
Karakter Percaya Diri
Percaya Diri (Self Confidence) adalah keyakinan pada
kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas
dan memilih pendekatan yang efektif. Karakter
percaya diri ini bisa dibangun melalui jalur pendidikan di sekolah baik dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, ekstra kurikuler maupun kegiatan-kegiatan yang
lain. Dalam penelitian ini nilai karakter percaya diri siswa yang akan diamati
adalah peningkatan karakter percaya diri
siswa melalui jalur pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran bahasa
Inggris kompetensi speaking materi teks
prosedur tentang alat-alat elektronik dan teknologi.
Menurut Stevenson
(2006:256) indikator orang yang percaya diri adalah orang yang menganggap bahwa
dirinya mampu untuk menyelesaikan hampir segala sesuatu yang mereka lakukan.
Mereka mencoba untuk melakukan sesuatu yang bagi orang lain ragu-ragu untuk
mencobanya. Mereka juga mempunyai keyakinan
yang kuat akan kemampuan diri
sendiri. Mereka juga tahu bahwa tahu akan harga tidak mencoba
untuk mencapai sesuatu lebih tinggi daripada kegagalan. Dalam penelitian ini indikator karakter percaya diri yang akan
diamati adalah sebagai
berikut. (1)
Yakin akan kemampuan diri sendiri 2) berani mengukapkan
informasi kepada orang lain. (3) Tidak ragu-ragu dalam bertindak atau melakukan
sesuatu, 4)
berinisiatif atau selalu berusaha untuk mengungkapkan
gagasan. (5)
Mampu menyusaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
Kompetensi Speaking
Kompetensi
speaking adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau
kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Selanjutnya untuk mengukur kompetensi
speaking, cara yang paling valid adalah dengan menyuruh siswa berbicara, bukan
menulis (Depdiknas, 2005b:24).
Maka dari
itu, untuk mengukur kompetensi speaking guru perlu merancang kegiatan lisan. Di
antara jenis kegiatan yang digunakan untuk tes speaking adalah live
monologue atau tes unjuk kerja yang langsung dinilai oleh guru saat siswa
melakukan monolog seperti yang dilakukan dalam penelitian ini
(Thornby,2002:126). Dalam penelitian ini, untuk mengukur kompetensi speaking
siswa kelas IX.8 peneliti menggunakan tes unjuk kerja berbicara yang dinilai
langsung oleh guru pada saat siswa melakukan unjuk kerja berbicara sesuai
dengan materi yang telah ditentukan.
Empat
Tahap Pembelajaran Speaking
Dalam buku pelatihan terintergrasi
berbasis kompetensi (Depdiknas, 2005b:12)
dijelaskan bahwa untuk setiap siklus guru hendaknya mengikuti langkah-langkah
pembelajaran speaking sebagai berikut. (1) Building
Knowledge of the Field (BKOF). (2) Modelling of Text (MOT). (3) Joint
Construction of Text (JCOT). (4). Independent Construction (I-COT).
Pada langkah pertama ini, sesuai dengan namanya, yaitu building
knowledge of the field, peserta diberikan pengetahuan awal yang berupa
kosakata dan tatabahasa yang berhubungan dengan tema dan genre yang akan
dibahas. Pada tahap ini siswa akan
diperkenalkan kosakata yang berhubungan dengan kosa kata tentang materi, bahan-bahan maupun alat-alat yang akan
dipakai dalam kegiatan speaking materi teks prosedur. Mereka juga akan diperkenalkan dengan salah satu atau lebih kaidah
bahasa yang berhubungan dengan ciri khas jenis teks prosedur. Mereka akan diajarkan
bagaimana penggunaan imperatives, modal auxiliary dan temporal conjuctions or numbering to
indicate sequences seperti first, after that, and then, afterwards
dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran dengan
cara bermain game atau TEGAL babak I (You are the Champion) yang merupakan adaptasi
dari scrable dan complete
sentence.
Tahap kedua (Modeling of the Text) mereka
diperkenalkan dengan teks-teks lisan maupun tulis yang berhubungan dengan jenis
teks prosedur. Penyajian teks kemudian disusul dengan model cara pengucapan,
intonasi, dan kelancaran, yang kemudian disusul dengan latihan-latihan
pemahaman (comprehension) yang berhubungan dengan teks yang telah
disajikan. Latihan comprehension diarahkan
kepada stuktur jenis teks (generic structure) tersebut.
Langkah-langkah ini disebut Modeling of
the Text atau MOT. Untuk langkah ini peneliti memilih model pembelajaran
dengan cara bermain pada game atau TEGAL babak II (watching video
game) yang merupakan adaptasi dari group resume.
Tahap ketiga (Joint Construction of the Text)
merupakan tahap di mana secara berkolompok atau berpasangan siswa mulai
berlatih untuk membuat satu teks baru yang sejenis dan dilanjutkan dengan
presentasi hasil diskusi selama latihan di kelompoknya. Sementara itu,
Thornbury dalam bukunya How to Teach Speaking menyatakan bahwa kegiatan
ini bisa diisi dengan kegiatan task repetation, yaitu kegiatan
mengungkapkan kembali topik pembicaraan dengan bahasa mereka sendiri
(Thornbury,2002:63). Dalam penelitian ini, untuk tahap Joint Construction of
the Text peneliti memilih kegiatan yang sangat cocok untuk tahap ini, yaitu
babak III (English Message Marathon) yang merupakan adaptasi dari model
pembelajaran aktif pesan berantai dan babak IV (Who is the Class Idol)
yang merupakan adaptasi dari model pembelajaran aktif Peer Lessons.
Tahap pembelajaran terakhir adalah Independent Construction of Text. Pada tahap ini setelah siswa belajar dan mendapatkan pengalaman
belajar dalam kelompok, mereka dipercaya mampu untuk dapat membuat teks sendiri
baik lisan maupun tulis yang sejenis dengan teks yang sudah diajarkan. Dalam
penelitian ini, untuk tahap Independent Construction of the Text, peneliti
memilih kegiatan dengan mengadakan tes unjuk kerja berbicara/tes kompetensi
speaking secara individu, dimana siswa diberi judul/topik materi teks prosedur
yang telah ditentukan, kemudian selama 2-3 menit siswa dibantu dengan
gambar-gambar yang ada dalam Microsoft power point menjelaskan tentang prosedur
melakukan atau membuat sesuatu.
Metode penelitiAN
Pelaksanaan tindakan
dilakukan enam kali pertemuan yaitu (3 x 80 menit) untuk siklus I pada tanggal Oktober 2012 dan (3 x 80 menit) untuk siklus II pada tanggal 25, 27 dan 29 Oktober 2012 sesuai dengan
Kalender Pendidikan dan Program Semester. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IX.8 SMP
Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
berjumlah 25 orang siswa terdiri
dari 9 laki-laki dan 16
perempuan.
Prosedur
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas
yang terdiri atas dua siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri atas
persiapan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
Sumber data yang dikumpulkan sebagai analisis
berupa data utama dan data pendukung. Sumber utama berasal dari guru bahasa
Inggris kelas IX.8 SMP
Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal berupa buku daftar nilai. Adapun data pendukung
berasal dari teman sejawat berupa lembar observasi.
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian yaitu dengan melalui metode observasi dan tes unjuk kerja
berbicara. Observasi menurut Arikunto (1993:146) adalah kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan lembar pengamatan karakter percaya diri siswa yang diisi oleh teman sejaawat selama pembelajaran
berlangsung dengan cara mengisi kolom yang tersedia sesuai dengan indikator
dengan rentang skor 1 (kategori belum terlihat), skor 2 (kategori mulai
terlihat), skor 3 (mulai berkembang) dan skor 4 (membudaya). (Kemendiknas,
2010). Peneliti juga menggunakan dokumen dengan alasan bahwa dokumen selalu
tersedia di sekolah, dokumen merupakan sumber data yang stabil, dan data yang
tersedia bersifat faktual dan realistis.
Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa hasil penilaian unjuk kerja berbicara secara individu
pada pertemuan ketiga yang meliputi empat aspek penilaian yaitu
aspek pelafalan, tata bahasa, isi dan kelancaran. Lembar observasi digunakan untuk mengamati karakter percaya diri siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dengan lima indikator sebagai berikut: 1) yakin akan kemampuan diri sendiri untuk berbicara
dengan orang lain; 2) berani mengungkapkan informasi kepada orang lain; 3) tidak
ragu-ragu dalam bertindak atau melakukan sesuatu; 4) sering mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan gagasan; 5) mampu menyesuaikan
diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
Adapun teknik validasi data yang
digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
dengan Triangulasi Data, yaitu mengecek keabsahan/validitas data dengan
mengkonfirmasikan data yang telah ada dengan data dan sumber data. Triangulasi
yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu diperoleh dari guru peneliti dan teman
sejawat. Dari guru peneliti dan teman sejawat dilakukan pada saat pelaksanaan
proses pembelajaran berlangsung dan dijaring melalui lembar observasi selama proses pembelajaran speaking berlangsung (Suwandi, 2011:65).
Analisis
data disajikan secara deskriptif-komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif
komparatif dilakukan dengan cara membandingkan data kondisi awal, siklus I dan
siklus II, baik untuk karakter percaya diri maupun kompetensi speaking.
Indikator keberhasilan
dari penerapan model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik ini adalah sebagai berikut. (1) Karakter percaya diri dalam pembelajaran speaking ditetapkan indikator
keberhasilannya adalah jika karakter percaya diri dalam pembelajaran telah
mencapai ≥ 76 % dengan kategori membudaya. (2) Persentase jumlah siswa yang
mencapai nilai kompetensi speaking ≥ 80 (KKM) meningkat dari 24 % menjadi ≥ 85 % siswa memperoleh nilai tes kompetensi speaking ≥ 80.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Kondisi Awal
Kegiatan pratindakan meliputi pengenalan
lapangan dan penyusunan rancangan. Pengenalan lapangan berupa observasi awal
terhadap pembelajaran kompetensi speaking materi teks prosedur siswa kelas IX.8
SMP Negeri 1 Slawi.
Berdasarkan hasil
observasi dan dokumentasi diperoleh data kondisi awal siswa sebagai berikut. (1) hasil observasi karakter percaya
diri adalah 49% (kategori mulai terllihat). Hal ini menunjukkan bahwa karakter
percaya diri masih rendah. (2) persentase ketuntasan
klasikal hasil tes kompetensi speaking adalah 24%.
Berdasarkan evaluasi dan observasi, maka dalam
refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang digunakan untuk meningkatkan karakter
percaya diri siswa dan kompetensi speaking materi teks prosedur adalah melalui penerapan model pembelajaran Tegal
berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik.
Hasil
Penelitian Siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada
kondisi awal dilakukan rancangan tindakan oleh guru dan kolaborator dalam
membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model
pembelajaran Tegal berbasis ICT, slide power point dan media-media pendukung
power point untuk pembelajaran, media kartu KTP elektronik, dan instrumen
penelitian yang meliputi blanko catatan skor game, lembar observasi karakter
percaya diri, lembar kerja siswa, dan alat pemberi skor.
Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan melalui model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik meliputi langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Kegiatan
inti pada pertemuan I digunakan guru untuk tahap bkof (building knowledge of
the field) dengan menerapkan game babak I dan tahap modeling of
the text dengan menerapkan game babak II (Watching video game).
Guru memandu game
babak I sekaligus memberi model pelafalan kosa kata yang berkaitan dengan teks prosedur.
Siswa mengikuti game babak I sesuai dengan aturan dan yang berhasil menjawab diberi skor 10 point,
sedangkan siswa yang belum berhasil dipersilahkan meninggalkan arena permainan
dan berdiri di depan/samping kelas. Game babak I
berakhir setelah guru memberi penghargaan kepada pemenang game babak I.
Setelah game babak I berakhir siswa dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen untuk game babak II. Game dimulai dengan cara guru
membagikan lembar kerja kelompok dan menyuruh siswa memperhatikan tayangan
video orang yang sedang mendemonstrasikan prosedur “How to print a file”
sambil mencatat hal-hal penting atau membuat resume untuk persiapan berbicara
di depan kelas. Setelah itu, guru membagikan kartu KTP elektronik untuk
diurutkan oleh siswa berdasarkan urutan yang logis dalam kelompoknya
masing-masing. Guru menunjuk anggota kelompok secara acak untuk menunjukkan hasil resumenya dengan cara
presentasi di depan kelas dibantu dengan media gambar dalam power point. Guru memberi
skor kepada setiap pembicara dari masing-masing kelompok dengan menggunakan
alat berupa ikon wajah sedih (poor:kurang), satu wajah tersenyum (good
enough:cukup baik), ikon dua wajah tersenyum (good: baik) dan ikon
tiga wajah tersenyum (very good: sangat baik). Setelah game babak II
berakhir guru mengumumkan kelompok
pemenang game babak II
dilanjutkan dengan memberi tugas rumah untuk mempelajari teks prosedur baru dan
meminta siswa untuk menyiapkan gambar-gambar dalam power point tentang “How
to browse via internet” dan “How to save a new
document” dan mengadakan refleksi pengalaman belajar.
Langkah-langkah
kegiatan pertemuan II untuk tahap Joint Construction of The Text adalah
sebagai berikut: Setelah guru
menyuruh siswa untuk berdoa dan mengecek kehadiran, dan
menanyakan siswa tentang tugas rumah membuat teks prosedur mengenai “How to
browse via internet” dan “How to save a new
document”. Setelah itu, siswa mempersiapkan
diri mengikuti game babak III. Siswa yang duduk di bangku paling
depan dipersilakan untuk mengambil kartu KTP elektronik yang ada di kotak inbox
untuk disampaikan kepada teman kelompoknya secara berantai. Adapun siswa kelima /terakhir menyampaikan pesan di depan
kelas dilanjutkan mengambil kartu KTP dan berperan sebagai penyampai pesan
pertama. Demikian seterusnya sampai seluruh anggota kelompok mendapat bagian
sebagai penyampai pesan di depan kelas, sedangkan
guru memberi skor kepada setiap penyampai pesan di depan kelas dengan
menggunakan alat seperti pada game sebelumnya. dan mengumumkan kelompok
pemenang TEGAL babak III.
Setelah game babak III berakhir, guru memberi kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk berlatih
presentasi di kelompoknya masing-masing dan menunjuk salah satu anggota kelompok untuk presentasi di depan kelas dengan
media gambar di power point mewakili kelompoknya masing-masing. Siswa yang melakukan presentasi di depan kelas diberi skor.
Setelah semua kelompok melakukan presentasi di depan kelas, guru mengumumkan kelompok pemenang sejati yaitu kelompok dengan perolehan skor pada kolom wajah tersenyum
paling banyak dan memberi penghargaan kepada kelompok pemenang. Sebelum game
berakhir guru memberi kesempatan
kepada seluruh siswa untuk menjadi the class idol di akhir game dengan cara
presentasi di depan kelas. Game diakhiri dengan cara guru menobatkan siswa dengan penampilan terbaik
sebagai the Class Idol dan memberi penghargaan.
Berdasarkan data pengamatan melalui lembar
observasi karakter percaya diri siswa dapat diketahui bahwa persentase karakter
percaya diri siswa mencapai 67%. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal
indikator karakter percaya diri siswa dalam pembelajaran speaking mengalami
peningkatan, tetapi belum mencapai indikator keberhasilan. Hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang
meliputi aspek pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan isi menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah
dengan jumlah 15 siswa (60%) yang tuntas dan 10 siswa (40%) yang belum tuntas.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai kompetensi speaking belum mencapai indikator
kinerja penelitian.
Berdasarkan refleksi diketahui bahwa Tegal
babak I cukup efektik untuk kegiatan BKOF, babak II efektif untuk
kegiatan MOT, babak III dan IV efektif untuk kegiatan JCOT pada
pembelajaran speaking materi teks procedure. Adapun kekurangan pada
siklus I adalah sebagai berikut. (1) Aturan
main game kurang simpel, sehingga guru perlu merevisi aturan Tegal babak
I dan II agar lebih sederhana. (2) Kegiatan nonton video model berbicara perlu
diadakan di setiap kelompok agar lebih efektif melalui laptop di kelompoknya
masing-masing. (3) Pengumpulan tugas rumah setiap kelompok sebaiknya dilakukan
melalui pengiriman lewat e-mail bunyamin.spirit@gmail.com sehingga pembelajaran lebih efektif
karena tugas siswa sudah dimasukkan ke laptop guru untuk bahan pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
Mencermati berbagai kekurangan yang
ditemukan pada siklus I ini maka perlu ditindaklanjuti lagi dengan penelitian
pada siklus II. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPP
dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Hasil
Penelitian Siklus II
Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada
siklus II meliputi penyusunan perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
instrumen penilaian, media kartu KTP elektronik alat pemberi skor yang telah
diperbesar, slide Power Point untuk game, blanko catatan skor, dan
lembar observasi karakter percaya diri siswa.
Pada dasarnya,
langkah-langkah pembelajaran pada siklus II ini sama dengan siklus I, tetapi
ada perbedaan mendasar pada siklus II sebagai perbaikan. Adapun perbaikan
tindakan yang dilakukan oleh guru pada siklus II adalah sebagai berikut. (1) Guru
menyetel lagu We Are the Champion pada saat memberi penghargaan pada
game babak I dan ke IV. (2) Guru menyediakan undian untuk menunjuk anggota
kelompok yang harus presentasi. (3) Kegiatan nonton video pada Watching Video
diadakan di kelompoknya masing-masing dengan cara menyetel video yang ada
di laptop setiap kelompok. (4) Pengumpulan tugas dilakukan dengan cara
mengirimkan soft file lewat alamat email guru yaitu bunyamin.spirit@gmail.com.
Berdasarkan data pengamatan melalui lembar observasi
karakter percaya diri dapat diketahui bahwa persentase karakter percaya diri 81%
(kategori membudaya). Apabila
dibandingkan dengan indikator kinerja maka pada siklus II ini indikator karakter
percaya diri siswa dalam pembelajaran speaking mengalami peningkatan dan sudah
melebihi 76%. Hasil nilai akhir tes
kompetensi speaking yang meliputi aspek pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan
isi menunjukkan bahwa rata-rata nilai
adalah 85.3 dengan jumlah 22 siswa (88%) yang tuntas dan 3 siswa (22%) yang
belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kompetensi speaking telah
mencapai indikator kinerja penelitian ini.
Dalam refleksi ditemukan beberapa keunggulan
penerapan Tegal berbasis ICT sebagai berikut. (1) Siswa
termotivasi untuk memiliki karakter percaya diri karena kegiatan-kegiatan
pembelajaran speaking dalam bentuk permainan, secara tidak sadar bisa membawa
anak-anak pada dunia nyata anak yaitu dunia permainan, sehingga siswa tidak
merasa takut atau ragu-ragu saat mengikuti pembelajaran speaking. (2) Dilihat
dari sisi proses dan kompetensi speaking yang diperoleh siswa telah menunjukkan
adanya peningkatan nilai kompetensi speaking siswa berupa nilai rata-rata
sebesar 85.3 padahal KKM bahasa Inggris untuk KD 4.2 yang ditetapkan guru adalah
sebesar 80. (3) Pemanfaatan akun e-mail untuk pengumpulan tugas siswa sangat
bermanfaat untuk mengefektifkan waktu pembelajaran. (4) Kegiatan nonton video
yang diadakan di setiap kelompok sangat efektif untuk meningkatkan semangat dan
kerja sama antar siswa dalam kelompok.
Dengan melihat beberapa kelebihan dan telah
tercapainya indikator keberhasilan, maka penelitian ini tidak dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil
observasi diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
yang dilakukan oleh peneliti dibantu teman sejawat selaku observer dengan
menggunakan lembar observasi.
Berdasarkan hasil observasi, karakter percaya
diri siswa mengalami peningkatan. Adapun peningkatan tersebut dari kondisi awal
, siklus I dan siklus II berturut-turut adalah dari 49 % (kategori mulai
terlihat) 67% (kategori mulai berkembang) dan 81 % (kategori membudaya).
Besarnya
peningkatan persentase jumlah skor karakter percaya diri dalam pembelajaran
speaking antar siklus akan semakin jelas sebagaimana grafik berikut ini.
Grafik 1
Peningkatan Persentase Karakter Percaya
Diri Siswa
Adanya
peningkatan karakter percaya diri siswa seperti yang ditunjukkan grafik di atas
memperkuat pendapat Sears (1992:16) dan Reynald (dalam Nugraha, 2007) yang
menyatakan bahwa karakter percaya diri bisa ditingkatkan melalui faktor
lingkungan sekolah dalam pembelajaran di kelas dengan memberikan kesempatan
siswa untuk memiliki prestasi, dan juga faktor teman sebaya dengan cara
bersosialisasi pada pembelajaran dengan cara berkelompok pada saat pembelajaran
di kelas. Model pembelajaran TEGAL berbasis ICT
dengan media kartu KTP elektronik merupakan model pembelajaran yang mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki prestasi dan bersosialisasi melalui
permainan dalam empat babak secara berkelanjutan.
Instrumen
tes yang digunakan adalah tes kompetensi speaking materi teks prosedur dengan cara monologue
alive pada pertemuan ketiga, yaitu guru menilai unjuk kerja
berbicara siswa secara langsung yang meliputi aspek pelafalan, tata
bahasa, isi, dan kelancaran. Nilai akhir
tes kompetensi speaking pada setiap
siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terdapat
pada enam indikator nilai akhir
kompetensi speaking. Secara rinci besarnya peningkatan kompetensi speaking
setiap siklusnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 1
Perbandingan Nilai Akhir Tes Kompetensi Speaking Per Siklus
No
|
Indikator
|
Kondisi Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Jumlah Nilai
|
1820
|
1956
|
2132
|
2
|
Nilai Rata-rata
|
72.71
|
78.24
|
85.3
|
3
|
Nilai Tertinggi
|
82
|
87.8
|
93
|
4
|
Nilai Terendah
|
60
|
67
|
77
|
5
|
Tuntas Belajar
|
6 siswa
(24%)
|
15 siswa
(60%)
|
22 siswa (88%)
|
6
|
BelumTuntas
Belajar
|
19 siswa (56%)
|
10 siswa (40%)
|
3 siswa (12%)
|
Menurut tabel di atas, secara klasikal
siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal adalah 6 siswa atau 24%, pada
siklus I adalah 15 siswa atau 60% dan siklus II adalah 22 siswa atau 88%,
sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus
penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika
dibandingkan antara kondisi awal dengan siklus I berarti siswa yang tuntas
belajar meningkat sebesar 36% dan siklus I jika dibandingkan dengan siklus II
maka terdapat peningkatan sebesar 28%. Secara
lebih jelas peningkatan persentase tuntas belajar siswa secara klasikal antar
siklus dan penurunan persentase belum tuntas belajar siswa secara klasikal
antar siklus pada penelitian tindakan ini dapat ditunjukkan seperti pada grafik
berikut ini:
Grafik 2
Perbandingan Ketuntasan Klasikal Nilai
Akhir
Kompetensi Speaking Per Siklus
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut. (1) Proses
pembelajaran speaking dengan menerapkan model pembelajaran TEGAL berbasis
ICT dengan media kartu KTP elektronik
dapat meningkatkan karakter percaya diri
siswa. (2) Peningkatan karakter
percaya diri dalam pembelajaran juga berimplikasi terhadap semangat siswa untuk menguasai materi
pelajaran, sehingga kompetensi speaking yang diperoleh juga meningkat.
Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut. (1) guru
perlu merancang pembelajaran yang baik, meliputi perencanaan penggunaan teknik dan media
pembelajaran yang diperlukan agar pembelajaran lebih efektif. (2) Guru perlu
menggunakan metode, teknik dan media yang bervariasi selama pembelajaran
berlangsung.
Daftar Pustaka
Arsyad (2002). Media
Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Karya Aksara.
Arikunto
Suharsimi, dkk,
2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara
Depdiknas. 2005a. Sosialisasi KTP:
Model-model Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005b. Materi
Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Penilaian Pembelajaran Bahasa
Inggris. Jakarta: Depdiknas.
Kemendiknas 2010. Pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa
pedoman sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum.
Nugraha,Ali,2007.Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta:Universitas
Terbuka.
Ramdani. 2008. “Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dalam Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial”. Jakarta: SMP Negeri 11 Jakarta.
Silberman, Melvin L. 2006, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif,
Bandung, Nusamedia
Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Stevenson,
Nancy, 2006. Young Person’s Character Education Handbook:Avenue India.
JIST Life.Avenue.India.
Sugiyono, 2011. “Upaya
Meningkatkan Karakter Siswa Peduli Lingkungan melalui Pembelajaran IPA bervisi
SETS”. Widyatama. Vol.8 Edisi Hardiknas. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Suwandi, Sarwidji, 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) &
Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Thornburrie, Scott. 2002. How To Teach
Speaking.Cina: Longman.
Winastwan, et.al. Pakematik (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan Memanfaatkan TIK): Strategi Pembelajaran
Aktif Inovatif Berbasis TIK. Elexmedia
komputindo.
BIODATA PESERTA
Bunyamin, S.Pd.,M.Hum. Guru Bahasa
Inggris SMP Negeri 1 Slawi. Juara I
Pemilihan guru berprestasi bidang Penelitian Tindakan Kelas Tingkat Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2012, Juara II Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru
SMP Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012, Juara III lomba penulisan karya
tulis tentang pelayanann publik dalam rangka HUT Korpri Kabupaten Tegal tahun
2012. Juara I Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru SMP Tingkat Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2011, Juara Harapan I Simposium Penanaman Nilai-nilai
Nasionalisme dalam pembelajaran guru SMP Tahun 2011. Juara I lomba penulisan
cerpen Tk.Kabupaten Tegal tahun 2011.
0 komentar:
Posting Komentar