Recent Posts

Welcome to English Mania Community. We can share everything about education in this blog. Let's save our country by mastering English.

Selasa, 22 Juli 2014

ARTIKEL_TEGAL BERBASIS ICT



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEGAL BERBASIS ICT DENGAN MEDIA KARTU KTP ELEKTRONIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI SPEAKING PADA SISWA KELAS IX.8 SMP NEGERI 1 SLAWI, SEMESTER GASAL, TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Abstrak
Pembelajan speaking materi teks prosedur di kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi menunjukkan bahwa karakter percaya diri masih pada kategori belum terlihat. Hal ini berdampak pada rendahnya kompetensi speaking materi teks prosedur. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran aktif yang
inovatif untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) membuktikan bahwa karakter percaya diri bisa ditingkatkan melalui model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik, (2) membuktikan bahwa kompetensi speaking materi teks prosedur bisa ditingkatkan melalui model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Slawi. Desain penelitian dilakukan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan analisa disimpulkan bahwa: (1) berdasarkan hasil observasi, karakter percaya diri meningkat dari 49% (kategori mulai terlihat) pada pra siklus menjadi 81 % (kategori membudaya) pada siklus II, (2) berdasarkan tes unjuk kerja berbicara, kompetensi speaking materi teks prosedur siswa mengalami peningkatan dari 24 % (pra siklus)  menjadi 88 % pada siklus II. Saran yang dapat disampaikan melalui penelitian tindakan kelas ini adalah guru bahasa Inggris lain bisa menerapkan model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik karena dapat meningkatkan karakter percaya diri dan kompetensi speaking materi teks prosedur.

PENDAHULUAN

Menurut  Permendiknas No. 78 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional seperti SMP Negeri 1 Slawi dituntut untuk bisa menerapkan pembelajaran berbasis  ICT. Dalam hal ini, guru dituntut untuk bisa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi demi keberhasilan proses pembelajaran di kelas dan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai standar isi. Selain itu, guru diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai karakter bangsa seperti karakter percaya diri pada diri siswa melalui proses pembelajaran di kelas.
Idealnya, siswa kelas IX SMP sudah mempunyai kompetensi untuk melakukan monolog dalam menjelaskan prosedur membuat sesuatu yang berhubungan dengan makanan dan minuman, teknologi, maupun alat-alat elektronik dengan bahasa lisan yang berterima, lancar akurat dan percaya diri. Namun demikian, pada kenyatannya banyak siswa yang masih belum memiliki rasa percaya diri dalam kegiatan pembelajaran speaking. Berdasarkan pengamatan peneliti, persentase karakter percaya diri siswa kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi baru mencapai 49% (kategori mulai terlihat). Padahal menurut panduan pendidikan karakter, diharapkan guru dapat menanamkan nilai-nilai karakter bangsa seperti percaya diri sampai pada  kategori membudaya.
Rendahnya karakter percaya diri siswa kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi tersebut berdampak pada terjadinya kecenderungan kompetensi speaking yang juga rendah. Analisis nilai hasil tes kompetensi speaking materi teks prosedur kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi tersebut dengan KKM bahasa Inggris pada K.D. 4. adalah 80 diperoleh data bahwa sebanyak 19 siswa atau 56% masih belum tuntas dan hanya 6 siswa atau  24% sudah tuntas.
Beberapa penyebab terjadinya masalah di atas oleh peneliti bersama dengan teman sejawat dapat diidentifikasi sebagai berikut. (1) Anggapan siswa bahwa kompetensi speaking merupakan kompetensi yang paling sulit, tetapi  kurang penting karena tidak masuk SKL UN berdampak pada rendahnya inisiatif untuk berlatih berbicara selama pembelajaran speaking. (2) Pemilihan metode pembelajaran picture and picture masih belum maksimal meningkatkan karakter percaya diri, sehingga diperlukan upaya untuk memberikan stimulus misalnya melalui kegiatan permainan,  atau kompetisi tertentu. (3) Masih banyak siswa yang tidak berinisiatif menirukan model berbicara dari guru karena kurangnya rasa percaya diri.
Mencermati permasalahan di atas, diperlukan upaya lain untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang lebih kreatif, kompetitif dan menarik bagi semua siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah berlatih dan membiasakan diri untuk berbicara melalui aktivitas permainan atau kompetisi tertentu. Upaya menerapkan model pembelajaran TEGAL berbasis  ICT (akronim dari Teacher’s Game for Active Learning) layak untuk digunakan.
Kegiatan permainan dalam TEGAL berbasis  ICT merupakan adaptasi dari 5 model pembelajaran aktif inovatif yang direkomendasikan Kemendikbud. Disebut Teacher’s game karena game/permainan  dirancang oleh guru untuk memotivasi siswa berbicara bahasa Inggris tanpa adanya rasa malu karena para siswa berlatih berbicara saat melakukan game yaitu babak I,  You Are The Champion, permainan yang diadaptasi dari model pembelajaran scrabble, dan complete sentence yang dikemas secara atraktif seperti acara ranking 1 pada Trans TV, babak II, Watching Video, yaitu kegiatan permainan siswa yang diadaptasi dari model pembelajaran Group Resume, babak III, pesan berantai (Message Marathon) dan babak IV adalah The Class Idol, game yang diadaptasi dari model pembelajaran Peer Lessons dimana seluruh siswa diberi kesempatan untuk menjadi the class idol dengan cara menunjukkan  kemampuannya dalam presentasi di depan kelas.
               Pada penelitian ini model pembelajaran TEGAL berbasis  ICT dengan media kartu KTP elektronik diterapkan dalam pembelajaran speaking melalui pemanfaatan kemajuan informasi, komunikasai dan teknologi untuk tiga kali pertemuan dengan acuan teori empat tahap pembelajaran speaking. Pertemuan pertama untuk tahap BKOF dan Modeling dengan mengikuti game babak I dan II, sedangkan pertemuan kedua untuk tahap Joint Construction of the Text dengan cara mengikuti game babak III dan IV dan pertemuan ketiga untuk tes unjuk kerja berbicara. Adapun pertemuan ketiga adalah untuk tahap Independent Construction of the Text dengan mengikuti tes unjuk kerja berbicara secara individu.
               Kelebihan penggunaan model pembelajaran TEGAL berbasis  ICT antara lain: 1) kegiatan pembelajaran yang dimodifikasi dalam bentuk permainan dan kompetisi antara individu maupun kelompok efektif untuk menumbuhkan dan meningkatkan karakter percaya diri siswa;  2) efektif untuk mendorong siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran secara aktif; 3) secara tidak sadar siswa dibawa kepada dunia nyata permainan yang melibatkan mereka dalam latihan berbicara bahasa Inggris.
               Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. (1) Apakah model pembelajaran TEGAL  berbasis  ICT dengan media kartu KTP elektronik dapat meningkatkan karakter percaya diri siswa kelas IX.8 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2012-2013? (2) Apakah model pembelajaran TEGAL berbasis  ICT  dengan media kartu KTP elektronik dapat kompetensi speaking materi teks prosedur siswa kelas IX.8 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2012-2013?

LANDASAN TEORETIS
Model Pembelajaran TEGAL Berbasis  ICT
          TEGAL berbasis  ICT merupakan permainan yang sengaja dimodifikasi oleh guru untuk kegiatan pembelajaran speaking siswa yang terdiri atas empat babak secara berkelanjutan yaitu babak I,  You Are The Champion, dimana kegiatan game diadaptasi dari model pembelajaran scrabble dan complete sentence yang dikemas secara atraktif seperti acara ranking 1 pada salah satu stasiun Televisi swasta,  babak II, Watching Video, babak III, pesan berantai (Message Marathon) dan babak IV adalah The Class Idol, dimana aktivitas dalam game diadaptasi dari model pembelajaran Peer Lessons  yang dimodifikasi seperti acara Indonesian Idol di salah satu stasiun televisi swasta.
          Hakikat model pembelajaran TEGAL berbasis ICT ini merupakan penggabungan lima model pembelajaran aktif yang direkomendasikan kemendikbud, yaitu model pembelajaran Scrabble, Complete Sentence, Group Resume, Pesan Berantai dan Peer Lessons dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi (Depdiknas, 2005a).
          Kelebihan penggunaan model pembelajaran TEGAL berbasis  ICT antara lain: (1) efektif untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual,  (2) efektif untuk mendorong siswa untuk ikut serta dalam pembelajaran secara aktif, (3) siswa secara tidak sadar dibawa kepada dunia nyata permainan yang melibatkan mereka dalam latihan berbicara bahasa Inggris, (4) efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter bangsa, khususnya karakter percaya diri.

Pembelajaran Berbasis  ICT
ICT (Information, Communication and Technology) adalah teknologi yang terdiri atas perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang diaplikasikan dan berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan yang sifatnya umum atau standard dan bisa digunakan untuk keperluan pendidikan, industri, rumah sakit. Teknologi ini dapat membantu pekerjaan lebih efisien, baik dalam pengolahan data, maupun tampilan visual atau gambar. Menurut Winastwan (2009:22) guru dapat memanfaatkan ICT  pada proses pembelajaran baik sebagai media dalam menjelaskan materi pelajaran, penugasan, maupun penilaian.  
Salah satu pemanfaatan  ICT dalam pembelajaran berbasis  ICT menurut Arsyad  (2002) adalah dengan memanfaatkan program Microsoft Power Point untuk proses pembelajaran yang digunakan sebagai media Audio Visual.  Di antara keuntungan pembelajaran berbasis  ICT dengan mamanfaatkan program Microsoft Power Point untuk media audio visual seperti yang diutarakan Silberman (2008:25) adalah ingatan siswa akan meningkat dari 14% hingga 38%, waktu yang digunakan dalam pembelajaran juga lebih efektif.  Guru yang menggunakan media audio visual dalam pembelajaran biasanya membutuhkan alat pendukung LCD proyektor karena LCD proyektor merupakan kelompok media visual yang dapat menjadi audio visual jika didukung dengan adanya pengeras suara atau sound system. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan menggunakan program computer MS Power Point dalam penyajian media audio-visual sehingga hasil yang didapat nyata dan langsung serta terintegrasi dengan suara yang muncul dengan kata lain sering disebut dengan multimedia. Dalam penelitian ini peneliti  memanfaatkan ICT dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan Microsoft power point  untuk media audio visual. Selain itu, untuk mempermudah guru dalam mengumpulkan tugas siswa berupa slide show power point untuk kegiatan presentasi juga dimanfaatkan jejaring internet melalui akun e-mail.
Media Kartu KTP Elektronik
                 Media kartu KTP elektronik yang merupakan akronim  dari kartu Kalimat Teks Prosedur tentang alat-alat elektronik seperti prosedur menggunakan printer untuk mencetak file, prosedur menggunakan magic com dan lain-lain merupakan  salah satu contoh media yang bisa dibaca, dilihat dan didengar. Bisa didengar karena media tersebut digunakan dalam permainan anak-anak yang dibaca siswa dengan suara lirih maupun keras pada saat permainan. Media ini sangat sederhana, praktis dan ekonomis karena terbuat dari kertas dengan beberapa warna untuk membedakan tema yang dirancang oleh peneliti untuk memancing siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan game babak II dan III. Media kartu KTP Elektronik ini dipilih oleh peneliti karena dianggap sebagai media yang praktis, ekonomis, dan tepat untuk pembelajaran speaking, khususunya untuk melatih karekater percaya diri siswa dan meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran speaking berlangsung. Pemilihan media yang tepat seperti media kartu KTP elektronik dapat membantu siswa mendapatkan pengalaman belajar. Di samping itu, media yang tepat juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya. Mengajar dengan menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian siswa dan lebih merangsang siswa untuk berpikir. Guru diharapkan dapat membuat alat-alat media yang sederhana, praktis dan ekonomis bersama siswa tetapi efektif untuk pengajaran (Slameto,2003:37).

Karakter Percaya Diri
                 Percaya Diri (Self Confidence) adalah keyakinan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Karakter percaya diri ini bisa dibangun melalui jalur pendidikan di sekolah baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas, ekstra kurikuler maupun kegiatan-kegiatan yang lain. Dalam penelitian ini nilai karakter percaya diri siswa yang akan diamati adalah  peningkatan karakter percaya diri siswa melalui jalur pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran bahasa Inggris  kompetensi speaking materi teks prosedur tentang alat-alat elektronik dan teknologi.
              Menurut Stevenson (2006:256) indikator orang yang percaya diri adalah orang yang menganggap bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan hampir segala sesuatu yang mereka lakukan. Mereka mencoba untuk melakukan sesuatu yang bagi orang lain ragu-ragu untuk mencobanya. Mereka juga mempunyai keyakinan  yang   kuat akan kemampuan diri sendiri. Mereka juga tahu bahwa  tahu akan harga tidak mencoba untuk mencapai sesuatu lebih tinggi daripada kegagalan. Dalam penelitian ini indikator karakter percaya diri yang akan diamati adalah sebagai berikut. (1) Yakin akan kemampuan diri sendiri 2) berani mengukapkan informasi kepada orang lain. (3) Tidak ragu-ragu dalam bertindak atau melakukan sesuatu, 4) berinisiatif atau selalu berusaha untuk mengungkapkan gagasan. (5) Mampu menyusaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.

Kompetensi Speaking  
Kompetensi speaking adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Selanjutnya untuk mengukur kompetensi speaking, cara yang paling valid adalah dengan menyuruh siswa berbicara, bukan menulis (Depdiknas, 2005b:24).
Maka dari itu, untuk mengukur kompetensi speaking guru perlu merancang kegiatan lisan. Di antara jenis kegiatan yang digunakan untuk tes speaking adalah live monologue atau tes unjuk kerja yang langsung dinilai oleh guru saat siswa melakukan monolog seperti yang dilakukan dalam penelitian ini (Thornby,2002:126). Dalam penelitian ini, untuk mengukur kompetensi speaking siswa kelas IX.8 peneliti menggunakan tes unjuk kerja berbicara yang dinilai langsung oleh guru pada saat siswa melakukan unjuk kerja berbicara sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
Empat Tahap Pembelajaran Speaking
Dalam buku pelatihan terintergrasi berbasis  kompetensi (Depdiknas, 2005b:12) dijelaskan bahwa untuk setiap siklus guru hendaknya mengikuti langkah-langkah pembelajaran speaking sebagai berikut. (1) Building Knowledge of the Field (BKOF). (2) Modelling of Text (MOT). (3) Joint Construction of Text (JCOT). (4). Independent Construction (I-COT).
Pada langkah pertama ini, sesuai dengan namanya, yaitu building knowledge of the field, peserta diberikan pengetahuan awal yang berupa kosakata dan tatabahasa yang berhubungan dengan tema dan genre yang akan dibahas.  Pada tahap ini siswa akan diperkenalkan kosakata yang berhubungan dengan kosa kata tentang materi, bahan-bahan maupun alat-alat yang akan dipakai dalam kegiatan speaking materi teks prosedur. Mereka juga akan diperkenalkan dengan salah satu atau lebih kaidah bahasa yang berhubungan dengan ciri khas jenis teks  prosedur. Mereka akan diajarkan bagaimana penggunaan imperatives, modal auxiliary dan  temporal conjuctions or numbering to indicate sequences seperti first, after that, and then, afterwards dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran dengan cara bermain game atau TEGAL babak I (You are the Champion) yang merupakan adaptasi dari scrable dan complete sentence.
Tahap kedua (Modeling of the Text) mereka diperkenalkan dengan teks-teks lisan maupun tulis yang berhubungan dengan jenis teks prosedur. Penyajian teks kemudian disusul dengan model cara pengucapan, intonasi, dan kelancaran, yang kemudian disusul dengan latihan-latihan pemahaman (comprehension) yang berhubungan dengan teks yang telah disajikan. Latihan comprehension diarahkan  kepada stuktur jenis teks (generic structure) tersebut. Langkah-langkah ini disebut Modeling of the Text atau MOT. Untuk langkah ini peneliti memilih model pembelajaran dengan cara bermain pada game atau TEGAL babak II (watching video game) yang merupakan adaptasi dari group resume.
Tahap ketiga (Joint Construction of the Text) merupakan tahap di mana secara berkolompok atau berpasangan siswa mulai berlatih untuk membuat satu teks baru yang sejenis dan dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi selama latihan di kelompoknya. Sementara itu, Thornbury dalam bukunya How to Teach Speaking menyatakan bahwa kegiatan ini bisa diisi dengan kegiatan task repetation, yaitu kegiatan mengungkapkan kembali topik pembicaraan dengan bahasa mereka sendiri (Thornbury,2002:63). Dalam penelitian ini, untuk tahap Joint Construction of the Text peneliti memilih kegiatan yang sangat cocok untuk tahap ini, yaitu babak III (English Message Marathon) yang merupakan adaptasi dari model pembelajaran aktif pesan berantai dan babak IV (Who is the Class Idol) yang merupakan adaptasi dari model pembelajaran aktif Peer Lessons.
Tahap pembelajaran terakhir adalah Independent Construction of Text. Pada tahap ini setelah siswa belajar dan mendapatkan pengalaman belajar dalam kelompok, mereka dipercaya mampu untuk dapat membuat teks sendiri baik lisan maupun tulis yang sejenis dengan teks yang sudah diajarkan. Dalam penelitian ini, untuk tahap Independent Construction of the Text, peneliti memilih kegiatan dengan mengadakan tes unjuk kerja berbicara/tes kompetensi speaking secara individu, dimana siswa diberi judul/topik materi teks prosedur yang telah ditentukan, kemudian selama 2-3 menit siswa dibantu dengan gambar-gambar yang ada dalam Microsoft power point menjelaskan tentang prosedur melakukan atau membuat sesuatu.

Metode penelitiAN
Pelaksanaan tindakan dilakukan enam kali pertemuan yaitu (3 x 80 menit) untuk siklus I pada tanggal  Oktober 2012 dan (3 x 80 menit) untuk siklus II pada tanggal  25, 27 dan 29 Oktober 2012  sesuai dengan Kalender Pendidikan dan Program Semester. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran  2012/2013 yang berjumlah 25 orang siswa terdiri dari 9 laki-laki dan 16 perempuan.
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri atas persiapan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
Sumber data yang dikumpulkan sebagai analisis berupa data utama dan data pendukung. Sumber utama berasal dari guru bahasa Inggris kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal berupa buku daftar nilai. Adapun data pendukung berasal dari teman sejawat berupa lembar observasi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu dengan melalui metode observasi dan tes unjuk kerja berbicara. Observasi menurut Arikunto (1993:146) adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar pengamatan  karakter percaya diri siswa yang diisi oleh teman sejaawat selama pembelajaran berlangsung dengan cara mengisi kolom yang tersedia sesuai dengan indikator dengan rentang skor 1 (kategori belum terlihat), skor 2 (kategori mulai terlihat), skor 3 (mulai berkembang) dan skor 4 (membudaya). (Kemendiknas, 2010). Peneliti juga menggunakan dokumen dengan alasan bahwa dokumen selalu tersedia di sekolah, dokumen merupakan sumber data yang stabil, dan data yang tersedia bersifat faktual dan realistis.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa hasil penilaian unjuk kerja berbicara secara individu pada pertemuan ketiga yang meliputi empat aspek penilaian yaitu aspek pelafalan, tata bahasa, isi dan kelancaran. Lembar observasi digunakan untuk mengamati karakter percaya diri  siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan lima indikator sebagai berikut: 1) yakin akan kemampuan diri sendiri untuk berbicara dengan orang lain; 2) berani mengungkapkan informasi kepada orang lain; 3) tidak ragu-ragu dalam bertindak atau melakukan sesuatu; 4) sering mengambil inisiatif untuk mengungkapkan gagasan; 5) mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
Adapun teknik validasi data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan Triangulasi Data, yaitu mengecek keabsahan/validitas data dengan mengkonfirmasikan data yang telah ada dengan data dan sumber data. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu diperoleh dari guru peneliti dan teman sejawat. Dari guru peneliti dan teman sejawat dilakukan pada saat pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dan dijaring melalui lembar observasi selama proses pembelajaran speaking berlangsung (Suwandi, 2011:65).
Analisis data disajikan secara deskriptif-komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan cara membandingkan data kondisi awal, siklus I dan siklus II, baik untuk karakter percaya diri maupun kompetensi speaking.
 Indikator keberhasilan dari penerapan model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik ini adalah sebagai berikut. (1) Karakter percaya diri dalam pembelajaran speaking ditetapkan indikator keberhasilannya adalah jika karakter percaya diri dalam pembelajaran telah mencapai ≥ 76 % dengan kategori membudaya. (2) Persentase jumlah siswa yang mencapai nilai kompetensi speaking ≥ 80 (KKM) meningkat dari 24 % menjadi ≥ 85 % siswa memperoleh nilai tes kompetensi speaking  80.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Kondisi Awal
Kegiatan pratindakan meliputi pengenalan lapangan dan penyusunan rancangan. Pengenalan lapangan berupa observasi awal terhadap pembelajaran kompetensi speaking materi teks prosedur siswa kelas IX.8 SMP Negeri 1 Slawi.
             Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi diperoleh data kondisi awal siswa sebagai berikut. (1) hasil observasi karakter percaya diri adalah 49% (kategori mulai terllihat). Hal ini menunjukkan bahwa karakter percaya diri masih rendah.  (2) persentase ketuntasan klasikal hasil tes kompetensi speaking adalah 24%.
Berdasarkan evaluasi dan observasi, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang digunakan untuk meningkatkan karakter percaya diri siswa dan kompetensi speaking materi teks prosedur  adalah melalui penerapan model pembelajaran Tegal berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik.

Hasil Penelitian Siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada kondisi awal dilakukan rancangan tindakan oleh guru dan kolaborator dalam membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Tegal berbasis ICT,  slide power point dan media-media pendukung power point untuk pembelajaran, media kartu KTP elektronik, dan instrumen penelitian yang meliputi blanko catatan skor game, lembar observasi karakter percaya diri, lembar kerja siswa, dan alat pemberi skor.
Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan melalui model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik meliputi langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Kegiatan inti pada pertemuan I digunakan guru untuk tahap bkof (building knowledge of the field) dengan menerapkan game babak I dan tahap modeling of the text dengan menerapkan game babak II (Watching video game). Guru memandu game babak I sekaligus memberi model pelafalan kosa kata yang berkaitan dengan teks prosedur. Siswa mengikuti game babak I sesuai dengan aturan dan yang berhasil menjawab diberi skor 10 point, sedangkan siswa yang belum berhasil dipersilahkan meninggalkan arena permainan dan berdiri di depan/samping kelas. Game babak I berakhir setelah guru memberi penghargaan kepada pemenang game babak I.
Setelah game babak I berakhir siswa dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen untuk game babak II. Game dimulai dengan cara guru membagikan lembar kerja kelompok dan menyuruh siswa memperhatikan tayangan video orang yang sedang mendemonstrasikan prosedur “How to print a file” sambil mencatat hal-hal penting atau membuat resume untuk persiapan berbicara di depan kelas. Setelah itu, guru membagikan kartu KTP elektronik untuk diurutkan oleh siswa berdasarkan urutan yang logis dalam kelompoknya masing-masing. Guru menunjuk anggota kelompok secara acak  untuk menunjukkan hasil resumenya dengan cara presentasi di depan kelas dibantu dengan media gambar dalam power point. Guru memberi skor kepada setiap pembicara dari masing-masing kelompok dengan menggunakan alat berupa ikon wajah sedih (poor:kurang), satu wajah tersenyum (good enough:cukup baik), ikon dua wajah tersenyum (good: baik) dan ikon tiga wajah tersenyum (very good: sangat baik). Setelah game babak II berakhir guru mengumumkan kelompok pemenang game babak II dilanjutkan dengan memberi tugas rumah untuk mempelajari teks prosedur baru dan meminta siswa untuk menyiapkan gambar-gambar dalam power point tentang “How to browse via internet” dan “How to save a new document” dan mengadakan refleksi pengalaman belajar.
Langkah-langkah kegiatan pertemuan II untuk tahap Joint Construction of The Text adalah sebagai berikut: Setelah guru menyuruh siswa untuk berdoa dan mengecek kehadiran, dan menanyakan siswa tentang tugas rumah membuat teks prosedur mengenai “How to browse via internet” dan “How to save a new document”. Setelah itu, siswa mempersiapkan diri mengikuti game babak III. Siswa yang duduk di bangku paling depan dipersilakan untuk mengambil kartu KTP elektronik yang ada di kotak inbox untuk disampaikan kepada teman kelompoknya secara berantai. Adapun siswa kelima /terakhir menyampaikan pesan di depan kelas dilanjutkan mengambil kartu KTP dan berperan sebagai penyampai pesan pertama. Demikian seterusnya sampai seluruh anggota kelompok mendapat bagian sebagai penyampai pesan di depan kelas,  sedangkan guru memberi skor kepada setiap penyampai pesan di depan kelas dengan menggunakan alat seperti pada game sebelumnya. dan mengumumkan kelompok pemenang TEGAL babak III.
            Setelah game babak III berakhir, guru memberi kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk berlatih presentasi di kelompoknya masing-masing dan menunjuk salah satu anggota kelompok untuk presentasi di depan kelas dengan media gambar di power point mewakili kelompoknya masing-masing. Siswa yang melakukan presentasi di depan kelas diberi skor. Setelah semua kelompok melakukan presentasi di depan kelas, guru mengumumkan kelompok pemenang sejati yaitu kelompok dengan perolehan skor pada kolom wajah tersenyum paling banyak dan memberi penghargaan kepada kelompok pemenang. Sebelum game berakhir guru memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk menjadi the class idol di akhir game dengan cara presentasi di depan kelas. Game diakhiri dengan cara guru menobatkan siswa dengan penampilan terbaik sebagai the Class Idol dan memberi penghargaan.
            Berdasarkan data pengamatan melalui lembar observasi karakter percaya diri siswa dapat diketahui bahwa persentase karakter percaya diri siswa mencapai 67%. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal indikator karakter percaya diri siswa dalam pembelajaran speaking mengalami peningkatan, tetapi belum mencapai indikator keberhasilan. Hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan isi  menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah dengan jumlah 15 siswa (60%) yang tuntas dan 10 siswa (40%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kompetensi speaking belum mencapai indikator kinerja penelitian.
Berdasarkan refleksi diketahui bahwa Tegal babak I cukup efektik untuk kegiatan BKOF, babak II efektif untuk kegiatan MOT, babak III dan IV efektif untuk kegiatan JCOT pada pembelajaran speaking materi teks procedure. Adapun kekurangan pada siklus I adalah sebagai berikut. (1) Aturan main game kurang simpel, sehingga guru perlu merevisi aturan Tegal babak I dan II agar lebih sederhana. (2) Kegiatan nonton video model berbicara perlu diadakan di setiap kelompok agar lebih efektif melalui laptop di kelompoknya masing-masing. (3) Pengumpulan tugas rumah setiap kelompok sebaiknya dilakukan melalui pengiriman lewat e-mail bunyamin.spirit@gmail.com sehingga pembelajaran lebih efektif karena tugas siswa sudah dimasukkan ke laptop guru untuk bahan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
            Mencermati berbagai kekurangan yang ditemukan pada siklus I ini maka perlu ditindaklanjuti lagi dengan penelitian pada siklus II. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II
            Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi penyusunan perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penilaian, media kartu KTP elektronik alat pemberi skor yang telah diperbesar, slide Power Point untuk game, blanko catatan skor, dan lembar observasi karakter percaya diri siswa.
Pada dasarnya, langkah-langkah pembelajaran pada siklus II ini sama dengan siklus I, tetapi ada perbedaan mendasar pada siklus II sebagai perbaikan. Adapun perbaikan tindakan yang dilakukan oleh guru pada siklus II adalah sebagai berikut. (1) Guru menyetel lagu We Are the Champion pada saat memberi penghargaan pada game babak I dan ke IV. (2) Guru menyediakan undian untuk menunjuk anggota kelompok yang harus presentasi. (3) Kegiatan nonton video pada Watching Video diadakan di kelompoknya masing-masing dengan cara menyetel video yang ada di laptop setiap kelompok. (4) Pengumpulan tugas dilakukan dengan cara mengirimkan soft file lewat alamat email guru yaitu bunyamin.spirit@gmail.com.
Berdasarkan data pengamatan melalui lembar observasi karakter percaya diri dapat diketahui bahwa persentase karakter percaya diri 81% (kategori membudaya). Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja maka pada siklus II ini indikator karakter percaya diri siswa dalam pembelajaran speaking mengalami peningkatan dan sudah melebihi 76%. Hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan isi  menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah 85.3 dengan jumlah 22 siswa (88%) yang tuntas dan 3 siswa (22%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kompetensi speaking telah mencapai indikator kinerja penelitian ini.
Dalam refleksi ditemukan beberapa keunggulan penerapan Tegal berbasis ICT sebagai berikut. (1) Siswa termotivasi untuk memiliki karakter percaya diri karena kegiatan-kegiatan pembelajaran speaking dalam bentuk permainan, secara tidak sadar bisa membawa anak-anak pada dunia nyata anak yaitu dunia permainan, sehingga siswa tidak merasa takut atau ragu-ragu saat mengikuti pembelajaran speaking. (2) Dilihat dari sisi proses dan kompetensi speaking yang diperoleh siswa telah menunjukkan adanya peningkatan nilai kompetensi speaking siswa berupa nilai rata-rata sebesar 85.3 padahal KKM bahasa Inggris untuk KD 4.2 yang ditetapkan guru adalah sebesar 80. (3) Pemanfaatan akun e-mail untuk pengumpulan tugas siswa sangat bermanfaat untuk mengefektifkan waktu pembelajaran. (4) Kegiatan nonton video yang diadakan di setiap kelompok sangat efektif untuk meningkatkan semangat dan kerja sama antar siswa dalam kelompok.
Dengan melihat beberapa kelebihan dan telah tercapainya indikator keberhasilan, maka penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.


Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh peneliti dibantu teman sejawat selaku observer dengan menggunakan lembar observasi.
 Berdasarkan hasil observasi, karakter percaya diri siswa mengalami peningkatan. Adapun peningkatan tersebut dari kondisi awal , siklus I dan siklus II berturut-turut adalah dari 49 % (kategori mulai terlihat) 67% (kategori mulai berkembang) dan 81 % (kategori membudaya).
Besarnya peningkatan persentase jumlah skor karakter percaya diri dalam pembelajaran speaking antar siklus akan semakin jelas sebagaimana grafik berikut ini.
Grafik 1
Peningkatan Persentase Karakter Percaya Diri Siswa

               Adanya peningkatan karakter percaya diri siswa seperti yang ditunjukkan grafik di atas memperkuat pendapat Sears (1992:16) dan Reynald (dalam Nugraha, 2007) yang menyatakan bahwa karakter percaya diri bisa ditingkatkan melalui faktor lingkungan sekolah dalam pembelajaran di kelas dengan memberikan kesempatan siswa untuk memiliki prestasi, dan juga faktor teman sebaya dengan cara bersosialisasi pada pembelajaran dengan cara berkelompok pada saat pembelajaran di kelas. Model pembelajaran TEGAL berbasis ICT dengan media kartu KTP elektronik merupakan model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki prestasi dan bersosialisasi melalui permainan dalam empat babak secara berkelanjutan.  
               Instrumen tes yang digunakan adalah tes kompetensi speaking  materi teks prosedur dengan cara monologue alive pada pertemuan ketiga, yaitu guru menilai unjuk kerja berbicara siswa secara langsung yang meliputi aspek pelafalan, tata bahasa,  isi, dan kelancaran. Nilai akhir tes kompetensi speaking pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terdapat pada enam  indikator nilai akhir kompetensi speaking. Secara rinci besarnya peningkatan kompetensi speaking setiap siklusnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
                                                      Tabel 1
       Perbandingan Nilai Akhir Tes Kompetensi Speaking Per Siklus
No
Indikator
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
1
Jumlah Nilai
1820
1956
2132
2
Nilai Rata-rata
72.71
78.24
85.3
3
Nilai Tertinggi
82
87.8
93
4
Nilai Terendah
60
67
77
5
Tuntas Belajar
6 siswa  (24%)
15 siswa  (60%)
     22 siswa (88%)
6
     BelumTuntas
     Belajar
19 siswa  (56%)
10 siswa  (40%)
     3 siswa (12%)

Menurut tabel di atas, secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal adalah 6 siswa atau 24%, pada siklus I adalah 15 siswa atau 60% dan siklus II adalah 22 siswa atau 88%, sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan antara kondisi awal dengan siklus I berarti siswa yang tuntas belajar meningkat sebesar 36% dan siklus I jika dibandingkan dengan siklus II maka terdapat peningkatan sebesar 28%. Secara lebih jelas peningkatan persentase tuntas belajar siswa secara klasikal antar siklus dan penurunan persentase belum tuntas belajar siswa secara klasikal antar siklus pada penelitian tindakan ini dapat ditunjukkan seperti pada grafik berikut ini:
 

Grafik 2
Perbandingan Ketuntasan Klasikal Nilai Akhir
 Kompetensi Speaking Per Siklus

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran speaking dengan menerapkan model pembelajaran TEGAL berbasis  ICT dengan media kartu KTP elektronik dapat  meningkatkan karakter percaya diri siswa. (2) Peningkatan karakter percaya diri dalam pembelajaran juga berimplikasi terhadap  semangat siswa untuk menguasai materi pelajaran, sehingga kompetensi speaking yang diperoleh juga meningkat.
Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini  adalah sebagai berikut. (1) guru perlu merancang pembelajaran yang baik, meliputi  perencanaan penggunaan teknik dan media pembelajaran yang diperlukan agar pembelajaran lebih efektif. (2) Guru perlu menggunakan metode, teknik dan media yang bervariasi selama pembelajaran berlangsung.
Daftar Pustaka
Arsyad (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Karya Aksara.
Arikunto Suharsimi, dkk, 2008, Penelitian Tindakan Kelas,    Jakarta, Bumi Aksara
Depdiknas. 2005a. Sosialisasi KTP: Model-model Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005b. Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis  Kompetensi. Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Depdiknas.
Kemendiknas 2010. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter  bangsa pedoman sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Nugraha,Ali,2007.Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta:Universitas                   Terbuka.
Ramdani. 2008. “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial”. Jakarta: SMP Negeri 11 Jakarta.
Silberman, Melvin L. 2006, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung, Nusamedia
Slameto, 2003. Belajar dan  faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Stevenson, Nancy, 2006. Young Person’s Character Education Handbook:Avenue India. JIST        Life.Avenue.India.
Sugiyono, 2011. “Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Peduli Lingkungan melalui Pembelajaran IPA bervisi SETS”. Widyatama. Vol.8 Edisi Hardiknas. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Suwandi, Sarwidji, 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Thornburrie, Scott. 2002. How To Teach Speaking.Cina: Longman.
Winastwan, et.al. Pakematik (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan Memanfaatkan TIK): Strategi Pembelajaran Aktif Inovatif Berbasis  TIK. Elexmedia komputindo.

BIODATA PESERTA

Bunyamin, S.Pd.,M.Hum. Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Slawi.  Juara I Pemilihan guru berprestasi bidang Penelitian Tindakan Kelas Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012, Juara II Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru SMP Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012, Juara III lomba penulisan karya tulis tentang pelayanann publik dalam rangka HUT Korpri Kabupaten Tegal tahun 2012. Juara I Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru SMP Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, Juara Harapan I Simposium Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme dalam pembelajaran guru SMP Tahun 2011. Juara I lomba penulisan cerpen Tk.Kabupaten Tegal tahun 2011.




0 komentar:

Posting Komentar