Recent Posts

Welcome to English Mania Community. We can share everything about education in this blog. Let's save our country by mastering English.

Selasa, 15 November 2016

GURU INDONESIA MENCARI JEJAK DI MELBOURNE




GURU INDONESIA
MENCARI JEJAK DI MELBOURNE
Jika kita mendengar istilah “Mencari Jejak” mungkin kita langsung teringat dengan kegiatan favorit kita saat kita masih duduk di bangku SD, SMP maupun SMA. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat digemari oleh para pelajar Indonesia saat kegiatan pramuka atau perkemahan berlangsung. Demikian juga halnya pada guru-guru dari Indonesia, penerima penghargaan Australia Awards Indonesia 2016. Pada sesi studi singkat mereka mendapatkan kesempatan untuk mencari jejak dalam kelompok kecil.
Pada kegiatan ini seluruh peserta kursus singkat ini dibagi menjadi enam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 4 orang. Salah satu di antara kelompok harus ada yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris lebih. Alhamdulillah saya mendapatkan teman Pak Miftahudin, Pak Afcarino, dan Pak Bowo yang semuanya guru-guru berprestasi dan mampu berbahasa Inggris dengan baik.  Pada sesi ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang. Kami berempat saling bekerja sama untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh nara sumber. Kelompok kami, yaitu kelompok 2 mendapatkan tugas untuk mencari sesuatu yang berbau Indonesia, berfoto di depan tempat bersejarah, menemukan tempat beribadah, membeli sumber daya untuk ruang kelas yang bisa digunakan untuk mengajar mengenai Australia. Kami mendapat peta sebagai petunjuk jalan sekaligus sebagai kawasan yang harus kami lalui untuk mengerjakan tugas kelompok tersebut, yaitu Gertrude,  Smith Street, dan Fitzroy.
             Di sepanjang jalan Gertrude kami menemukan alat transportasi yang tidak pernah kami temukan di Indonesia, yaitu mobil  pribadi yang sangat panjang berwarna putih. Kami pun berfoto di depan mobil tersebut. Kami sangat menikmati perjalanan ini karena selain kami bisa berbagi cerita dengan teman dalam kelompok, kami juga bisa melihat beberapa hal yang tidak banyak kami temukan di Indonesia.
Dalam perjalanan menuju Jl. Smith kami juga menemukan Melbourne Museum yang tepatnya berlokasi di Carlton Gard en. Kami pun sempat berfoto di depan Museum ini, meskipun kami tidak sempat untuk masuk ke dalam gedung museum ini untuk melihat karena kami harus menyelesaikan tugas berikutnya.
Tempat berikutnya yang kami temukan adalah Sydney Myer House, yang merupakan tempat tinggal dari salah satu staff Asi Education, yaitu Ibu Bonie Hermawan. Menurut kami tempat ini merupakan tempat yang sangat bersejarah bagi penerima Australi Awards Indonesia karena sejak kami berada di Indonesia kami sudah dikenalkan dengan sebuah nama Ibu Bonie Hermawan yang sangat ramah, baik dan cantik hatinya.
Setelah kami berfoto di depan Sydney Myer House, kami berjalan di sepanjang Jl. Fitzroy Street. Di ujung Jl. Fitzroy street kami, Alhamdulillah kami bisa menemukan tempat beribadah orang muslim, yaitu masjid Bediuzzaman Said Nursi yang merupakan Central Foundation beralamat di Fitzroy St. no. 144. Masjid ini sangat berbeda dengan masjid yang biasa kami temukan di Indonesia. Kami juga baru mengetahui bahwa bangunan itu adalah bangunan masjid ketika kami membaca tulisan yang ada di samping masjid tersebut. Tidak ada kubah di atas masjid tersebut dan tidak ciri khas dari sebuah bangunan masjid. Namun, kami merasa bangga karena Australia yang notabenenya hanya ada sekitar 2 persen dari penduduk Australia yang beragama Islam, ternyata terdapat masjid di sepanjang jalan tersebut.
Usai berfoto di depan masjid Bediuzzaman Said Nursi kami menuju ke Smith Street. Saat perjalanan menuju  Smith Street kami menemukan suatu kebiasaan orang Australia yang berbau Indonesia, yaitu ada beberapa orang yang makan es krim sambil jalan dan sambil menelepon. Ternyata kebiasaan jelek orang Indonesia juga kami temukan di Australia. Tetapi kami tetap berpikir positif bahwa kebiasaan jelek ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari orang Australia dan tidak perlu dibawa saat kami pulang ke Indonesia.
Setibanya kami di Jl. Smith kami kembali menemukan alat transportasi yang tidak pernah kami temukan di Indonesia, yaitu tram. Tram merupakan alat transportasi seperti KRL yang beroperasi di sekitar JABODETABEK, tetapi tram mempunyai akses lebih daripada KRL. Meskipun tram ini mempunyai trak seperti halnya kereta api, tetapi tram ini dapat beropasi di sepanjang jalan raya seperti alat transportasi lainnya. Untuk bisa naik tram ini kami harus mempunyai kartu yang berisi uang sekitar 80 dolar. Setiap naik tram kita harus touch on pada tempat touch on yang tersedia sebagai bentuk alat transaksi pembayaran yang bisa menggantikan posisi kenet sopir.















 

0 komentar:

Posting Komentar