Jum'at, 18 Juli 14
Pagi ini bagiku terasa berat untuk melangkahkan kaki ke sekolah karena malam yang aku nikmati sepulang dari Semarang tidak bisa membawaku istirahat cukup. Meski dengan kondisi ngantuk, aku harus berangkat ke sekolah karena aku sadar bahwa aku tidak bisa melaksanakan tugasku sebagai pendidik kecuali dengan keberadaanku di sekolah. Tanpa kehadiranku di sekolah mungkin belum bisa menggugurkan kewajibanku sebagai seorang pendidik.
Ramadhan yang penuh berkah ini membuat kita harus pandai berinteropeksi diri. Seberapa banyak ilmu dan pendidikan yang kita sampaikan kepada anak didik kita di bulan ini. Ramadahan kali ini memang jauh berbeda dengan tahun kemarin. JIka tahun kemarin kita diberi waktu lebih banyak, tahun ini kita hanya diberi waktu satu minggu untuk bertemu dengan anak didik kita di kelas.
Pagi ini bagiku terasa berat untuk melangkahkan kaki ke sekolah karena malam yang aku nikmati sepulang dari Semarang tidak bisa membawaku istirahat cukup. Meski dengan kondisi ngantuk, aku harus berangkat ke sekolah karena aku sadar bahwa aku tidak bisa melaksanakan tugasku sebagai pendidik kecuali dengan keberadaanku di sekolah. Tanpa kehadiranku di sekolah mungkin belum bisa menggugurkan kewajibanku sebagai seorang pendidik.
Ramadhan yang penuh berkah ini membuat kita harus pandai berinteropeksi diri. Seberapa banyak ilmu dan pendidikan yang kita sampaikan kepada anak didik kita di bulan ini. Ramadahan kali ini memang jauh berbeda dengan tahun kemarin. JIka tahun kemarin kita diberi waktu lebih banyak, tahun ini kita hanya diberi waktu satu minggu untuk bertemu dengan anak didik kita di kelas.
Bagiku Ramadhan kali ini mungkin kurang menjadi bermakna bagi anak didikku di SPENSAWI karena aku hanya diberi kesempatan untuk menyapa wajah anak-anak didikku selama dua hari. Hari Selasa dan Sabtu. Hari Rabu dan Kamis aku mendapat tugas untuk mengikuti workshop HKI di Hotel Patrajasa Semarang. Meski berat rasanya meninggalkan kewajibanku di kelas, tetapi aku harus berangkat untuk memenuhi tugas yang lebih penting demi kemajuan KIR anak didik SPENSAWI.
Rabu, 16 Juli aku berangkat dari rumah pukul 06:30 karena aku tidak ingin ketinggalan kereta. Kamandaka yang sekarang setia mengantarku ke Semarang akan berangkat dari Stasiun Tegal pukul 07.00 dan tiba di Semarang sekitar pukul 09.30.
Rabu, 16 Juli aku berangkat dari rumah pukul 06:30 karena aku tidak ingin ketinggalan kereta. Kamandaka yang sekarang setia mengantarku ke Semarang akan berangkat dari Stasiun Tegal pukul 07.00 dan tiba di Semarang sekitar pukul 09.30.
Alhamdulillah di Stasiun Poncol aku bertemu dengan Avis, yang juga pemenang KRENOVA dari kab. Tegal. Aku sudah mengenal namanya dari daftar nama pemenang KRENOVA yang diundang untuk mengikuti HKI, bahkan sebelumnya juga kami sudah saling kirim sms. Aku yakin bahwa Avis adalah bukan sembarang orang karena namanya saja sudah terpasang sebagai pemenang KRENOVA. Kami berdua naik taxi bareng menuju hotel PATRAJASA karena kami tidak ingin terlambat acara pembukaan.
Alhasil kami terlat sekitar 5 menit. Pembukaan workshop HKI sudah dimulai. Meski terasa capai dan kedinginan aku berusaha menyimak kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh nara sumber. Nara sumber kali ini tidak seperti nara sumber pada workshop-workshop yang pernah aku ikuti selama ini. Aku merasa bersyukur bisa menimba ilmu dari nara sumber yang berkaliber tingkat nasional bahkan ilmunya setingkat internasional.
Satu hal yang dapat menginspirasiku untuk tetap menulis adalah paparan dari Dr. Bambang C (UNDIP), prestasinya dalam perolehan hak patentnya sangat luar biasa. Aku mulai kagum dengan beliau setelah beliau memperkenalkan diri dengan wajahnya yang sangat familiar. Meski banyak prestasi seakan prestasinya adalah hal biasa. Aku yakin bahwa perolehan hak patentnnya di bidang kimia tidak mudah diraih oleh orang seperti aku. Rasa kantukku pun mulai menghilang karena good mood ku mulai bangkit.
Pak Bambang dengan segudang pengetahuan tentang hak patent ternyata juga sudah memiliki banyak karya atau buku ber-ISBN yang diterbitkan oleh penerbit ternama. Kini otakku mulai terfokus pada cita-citaku menjadi penulis buku yang bisa tembus di kancah penerbitan berskala nasional. Terimakasih pak Bambang. Mungkin beliau tidak merasa bahwa aku yang saat ini sedang bergelut dan berjuang menjadi guru yang profesional di tengah-tengah kondisi pendidikan yang sedang diguncang dengan program kurikulum 2013, telah banyak termotivasi untuk bisa menulis demi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Banyak hikmah yang aku dapatkan dari workshop HKI yang diselenggarakan oleh BAPPEDA. Selain inspirasi dari pak Bambang dan nara sumber lain untuk tetap semangata dalam berkarya di bidang karya tulis, aku juga banyak terinspirasi oleh para pemenang KRENOVA lain. Di tengah-tengah diskusi kami, ada satu peserta dari Banjarnegara yang mengaku dirinya hanya lulusan SD. Aku pun tergumam "lulusan SD saja bisa menghadirkan karya yang sangat luar biasa" mengapa aku tidak bisa?" ini sangat inspiratif, ternyata gairah menulis dan usaha untuk selalu berinovasi bukanlah untuk orang-orang yang berpendidikan cukup tinggi. Kemauan menulis bukan dipengaruhi dari jenjang pendidikan seseorang, tetapi dari hati seseorang mau atau tidak untuk berkarya dan mengajar lewat sebuah tulisan. Banyak orang lulusan SD yang menghadirkan karya tulis inovatif yang sangat berguna bagi bangsa ini, tetapi banyak orang yang sudah bergelar M.M, M.Pd, M.Si tetapi belum produktif menghadirkan sebuah karya untuk bangsa ini karena alasan waktu, kesibukan dan lain-lain.
Aku mungkin termasuk salah satu orang yang berpendidikan S-2, tetapi kurang produktif karena alasan waktu dan kesibukan di sekolah. Meskipun banyak karya tulisku yang berhasil memenangi lomba karya tulis ilmiah di tingkat provinsi maupun nasional, itu belum sebanding dengan karya-karya anak bangsa yang sangat luar biasa. Mungkinkah aku sebagai guru bisa menghadirkan karya adiluhung seperti anak-anak bangsa yang sangat membanggakan?? Semoga cita-citaku sebagai pendidik profesional bisa terus menulis dengan tidak mengesampingkan tugas pokokkku sebagai teman sejati anak-anak didikku di kelas, khususnya di SPENSAWI.
Alhasil kami terlat sekitar 5 menit. Pembukaan workshop HKI sudah dimulai. Meski terasa capai dan kedinginan aku berusaha menyimak kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh nara sumber. Nara sumber kali ini tidak seperti nara sumber pada workshop-workshop yang pernah aku ikuti selama ini. Aku merasa bersyukur bisa menimba ilmu dari nara sumber yang berkaliber tingkat nasional bahkan ilmunya setingkat internasional.
Satu hal yang dapat menginspirasiku untuk tetap menulis adalah paparan dari Dr. Bambang C (UNDIP), prestasinya dalam perolehan hak patentnya sangat luar biasa. Aku mulai kagum dengan beliau setelah beliau memperkenalkan diri dengan wajahnya yang sangat familiar. Meski banyak prestasi seakan prestasinya adalah hal biasa. Aku yakin bahwa perolehan hak patentnnya di bidang kimia tidak mudah diraih oleh orang seperti aku. Rasa kantukku pun mulai menghilang karena good mood ku mulai bangkit.
Pak Bambang dengan segudang pengetahuan tentang hak patent ternyata juga sudah memiliki banyak karya atau buku ber-ISBN yang diterbitkan oleh penerbit ternama. Kini otakku mulai terfokus pada cita-citaku menjadi penulis buku yang bisa tembus di kancah penerbitan berskala nasional. Terimakasih pak Bambang. Mungkin beliau tidak merasa bahwa aku yang saat ini sedang bergelut dan berjuang menjadi guru yang profesional di tengah-tengah kondisi pendidikan yang sedang diguncang dengan program kurikulum 2013, telah banyak termotivasi untuk bisa menulis demi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Banyak hikmah yang aku dapatkan dari workshop HKI yang diselenggarakan oleh BAPPEDA. Selain inspirasi dari pak Bambang dan nara sumber lain untuk tetap semangata dalam berkarya di bidang karya tulis, aku juga banyak terinspirasi oleh para pemenang KRENOVA lain. Di tengah-tengah diskusi kami, ada satu peserta dari Banjarnegara yang mengaku dirinya hanya lulusan SD. Aku pun tergumam "lulusan SD saja bisa menghadirkan karya yang sangat luar biasa" mengapa aku tidak bisa?" ini sangat inspiratif, ternyata gairah menulis dan usaha untuk selalu berinovasi bukanlah untuk orang-orang yang berpendidikan cukup tinggi. Kemauan menulis bukan dipengaruhi dari jenjang pendidikan seseorang, tetapi dari hati seseorang mau atau tidak untuk berkarya dan mengajar lewat sebuah tulisan. Banyak orang lulusan SD yang menghadirkan karya tulis inovatif yang sangat berguna bagi bangsa ini, tetapi banyak orang yang sudah bergelar M.M, M.Pd, M.Si tetapi belum produktif menghadirkan sebuah karya untuk bangsa ini karena alasan waktu, kesibukan dan lain-lain.
Aku mungkin termasuk salah satu orang yang berpendidikan S-2, tetapi kurang produktif karena alasan waktu dan kesibukan di sekolah. Meskipun banyak karya tulisku yang berhasil memenangi lomba karya tulis ilmiah di tingkat provinsi maupun nasional, itu belum sebanding dengan karya-karya anak bangsa yang sangat luar biasa. Mungkinkah aku sebagai guru bisa menghadirkan karya adiluhung seperti anak-anak bangsa yang sangat membanggakan?? Semoga cita-citaku sebagai pendidik profesional bisa terus menulis dengan tidak mengesampingkan tugas pokokkku sebagai teman sejati anak-anak didikku di kelas, khususnya di SPENSAWI.
0 komentar:
Posting Komentar